Senin, 11 Februari 2013

Random mind

Terkadang ada beberapa hal yang tiba-tiba saja muncul begitu saja di pikiran kita tanpa alasan yang pasti. entah itu pengalaman bahagia, sedih, heroik dan lainya. ya apapun itu tentunya ada trigger tersendiri yang memicunya, dan bentuknya juga bermacam-macam. kenyataan adaah suatu hal yang harus dihadapi, seburuk apapun bentuknya. kita mungkin pernah berfikir untuk lari dari kenyataan yang ada, namun seperti yang anda ketahui hal itu tidak menyelesaikan masalah.

Masa lalu merupakan suatu serangkaian momment yang sudah terjadi, terlewatkan dan tidak bisa diubah. ada saatnya ketika anda mungkin mencoba menelaah ke belakang membayangkan bahwa andai bisa kembali ke waktu itu dan merubah semuanya, saya akui hal itu sering terjadi kepada saya. mungkin ada banyak yang berkata "masa lalu bukanlah sesuatu yang diratapi ataupun disesali, tetapi sesuatu yang dijadikan pelajaran" sayangnya hal itu tidak semudah yang dikatakan. mungkin untuk orang-orang seperti saya yang hidupnya berorientasi pada masa lalu, yang semangatnya dipicu oleh dendam akan kekurangan diri dan mencoba berperasaan namun hilang akan tujuan, semuanya hanya akan berputar dan  terus berputar, hingga akhirnya bisa keluar karena gaya sentripetal dan kembali lagi masuk ke putaran lain. yaa anda bisa katakan "hidup kenapa harus diambil ribet ??"

wha ha, anda boleh bilang bahwa tuinan ini kehilangan "point" tujuanya dan tidak berfokus, tetapi bukankah hal yang seperti ini yang anda sering dapati ketika anda membaringkan diri diri di atas tempat tidur, dengan lampu remang-remang (wkwk) dan badan yang sudah terkunci di posisi "PW". yaa tanpa disadari anda mencoba menelaah apa yang terjadi di hari itu, dan hal ini saling berhubungan karena anda memikirkan suatu kejadian yang sudah lewat.
sekali lagi timbul pertanyaan di benak anda "apa sebenarnya tujuan tulisan ini ? dan apa yang ingin penulis sampaikan ? yaa saya hanya bisa menjawab bahwa ini hanya sebuah pemikiran random yang tiba-tiba keluar di tengah tidur saya yang kurang nyenyak. diluar semua itu mungkin anda menemukan perbedaan gaya      cara penulisan dengan post-post yang sebelumnya, semua itu karena saya mencoba untuk menggunakan bahasa yang lebih santai dan ternyata hasilnya tidak begitu buruk. wha ha

Senin, 04 Februari 2013

Cermin


                Ada pepatah asing mengatakan bahwa teman sejatimu adalah cermin, karena ketika kau menangis ia tidak akan tertawa. Sepintas pepatah tersebut seakan-akan berkata bahwa tidak ada yang bisa lebih kau percaya selain dirimu sendiri, namun jika sekali lagi anda hayati pepatah tersebut mungkin anda akan tersadar bahwa intropeksi  diri itu perlu. Berbicara kepada diri sendiri bukan berarti gila, melainkan selangkah lebih dalam untuk menyelaraskan hati dan pikiran.
                Saya sering berbicara kepada diri saya sendiri, hamper setiap malam saya lakukan hal itu di depan kaca dan di suatu ruangan yang kosong. Diluar dari segala sisi mistis yang ada, hal itu ditujukan agar saya bisa mendengar, melihat, dan merasakan perawakan saya sendiri. Semua ekspresi bisa anda tumpahkan ketika anda berhadapan dengan diri anda sendiri di depan cermin. Menangis, tertawa, marah, kecewa, dan berbagai macam bentuk emosi lainya.
                Anda bisa memulainya dengan menatap mata anda saat di depan cermin tersebut, pikirkan apa yang sebetulnya perlu anda ungkapkan, karena walau kita berbicara kepada diri kita sendiri, cermin juga menjadi suatu tempat untuk berlatih bagaimana caranya berkomunikasi dengan memposisikan kita sebagai orang asing satu sama lain (di cermin). Anda bisa jujur atu bahkan belajar jujur kepada diri anda sendiri. Suatu pribadi yang kuat adalah pribadi yang mengenal serta jujur pada dirinya sendiri, bagi saya topeng social yang selama ini saya gunakan tidak lebih dari suatu alat untuk menjaga keharmonisan antara pribadi dengan lingkungan, munafik ? ya saya akui memang iya. Tetapi keberadaan anda di masyarakat luas itu tergantung pada diri anda sendiri, yaa memang suatu yang mendekati sempurna  jika anda biasa menjadi diri anda sendiri di kehidupan social anda Tanpa harus mengalami penolakan oleh lingkungan.
                Kembali ke pambahasan cermin, ketika anda mungkin sudah bisa dan merasa nyaman kepada diri anda sendiri saat anda berada di depan cermin berarti anda sudah satu langkah kedepan untuk membangun diri anda sendiri di sisi kepribadian maupun komunikasi.
                Satu hal yang perlu anda perhatikan yaitu pengendalian diri saat mengungkapkan segala sesuatu, bukanya menakuti tetapi menurut saya cermin juga bisa meledakkan sekumpulan frustasi yang anda selama ini pendam jadi yaa berlajarlah untuk mengndalikan diri juga.
                Secara garis besar, instropeksi diri adalah suatu hal yang harus dilakukan meningat kita tak akan luput dari kesalahan, berargumen dengan diri sendiri bukanlah suatu yang gila atau memalukan (tergantung situasi dan kondisi), dan tidak selamanya membuka atau menutup identitas diri itu bagus.

Minggu, 03 Februari 2013

Presepsi


Pada dasarnya segala sesuatu itu mungkin untuk terjadi, tetapi yang membuat berbeda adalah presepsi kita kepada hal tersebut. “presepsi” seseorang bisa disebut juga batasan berfikir orang tersebut, dalam kata lain ia akan berpendapat , mencerna pikiranya , lalu menyimulkan hal tersebut hanya sebatas itu, sebatas presepsi dia berhenti. Hal ini juga didukung dengan pola pikir kita yang seakan-akan membatasi sifat alami kita yang berfikir seluas-luasnya. Hal ini tentunya menjadi suatu pertanyaan buat kita tentang bagaimana seharusnya berfikir? Berprasangka? Atau memutuskan ?
Bagaimana caranya adalah suatu hal yang relative (menurut saya) mengingat gaya befikir manusia yang berbada-beda. Buakanlah suatu keharusan bagi kita untuk memilih jalan yang telah “sukses” dilalui oleh pendahulu kita karena nasib kita belum tentu sama. Mungkin tujuanya baik, maksud saya jika kita tidak mencoba kita tidak akan tau dan bahkan kalo gagal pun anggap saja sebagai suatu keberhasilan yang tertunda.
Pembahasan  tentang suatu pola piker tidak akan berhenti semata-mata saat menemui tanda titik. Menurut saya suatu pikiran sifatnya progresif dan berkembang, entah arahnya mau kemana. Tetapi suatu opini yang kita buat tentunya juga merupakan hasil pemrosesan yang otak kita buat, dalam ruang lingkup pengetahuan yang dibatasi oleh bahasa yang kita kuasai. Mengapa begitu ? ada pribahasa “bahasamu adalah batas duniamu” suatu pribahasa yang singkat tetapi bermakna banyak. Di dalam dunia ini terdapat banyak ras yaa sebut saja dibagi menjadi 3 ras besar yaitu mongoloid, kaukasoid, dan negroid. Dari 3 ras tersebut tentunya dibagi menjadi sub-sub ras lagi, dibatasi dengan batas geografis dan budaya sehingga membentuk suatu bahasa yang beraneka ragam.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi degan kata lain untuk menyampaikan informasi. Ya walaupun sekarang segala sesuatu sudah menjadi global dan semua sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia, tetapi tetap saja suatu bahasa yang kita kuasai mempengaruhi pola berfikir kita tentunya diluar ego yang kita miliki.
Kemungkinan adalah hal yang nisbi, presepsi adalah suatu hal yang membatasi, tetapi apa yang membuat kita terus berjuang ditengah semua keteratasan ini ? yaa bisa dibilang mungkin ambisi, optimism, inspirasi dan hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya kita hidup bukan untuk mencari arti didalamnya, tetapi untuk memaknainya dengan apa yang telah kita lalui dan apa yang akan kita lakukan.

Kelompok sosial


Manusia adalah makhluk social, tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Hal ini bukan hanya sebatas dalam suatu lingkungan fisik saja, dimana kita perlu yang namanya suatu tempat berlindung, baik dari alam maupun dari manusia lainya. Suatu tempat yang kita anggap sebagai “rumah” bahkan “keluarga”, dimana kita bersosialisasi dengan berbagai tujuan, belajar, bahkan berbagi perasaan. Sebuah kelompok yang menjamin suatu keamanan para anggotanya, memaksimalkan hubungan afeksi diantara anggotanya dan kerjasama baik kedalam maupun keluar.
Namun ada beberapa orang (individu) yang mengeyampingkan hal-hal tersebut, bagi mereka sebuah kelompok itu hanya suatu yang “optional”  dalam hidupnya. Ya nyatnya ditengah peradaban manusia yang hampir memenuhi semua tempat di permukaan bumi ini, suatu keadaan “sendiri” atau outgroup itu hanya sebuah gaya hidup yang terkesan “sombong” tetapi kembali ke individu-individu tersebut, tentunya mereka memiliki alasan sendiri untuk melakukanya.
Terlepas  dari semua itu, system social terus bergerak mengiringi perkembangan jaman. Diferensiasi  sudah tak dapat dihindari lagi. Kehadiran si kaya, miskin, popular, dan lainya sudah merambah bahkan pada saat tahap awal pendidikan. Oleh karena itu perkembngan suatu kepribadian seorang anak ditentukan pada saat dia mengenal suatu system social.
Di dalam suatu interaksi terdapat informasi yang mengalir antara satu orang ke orang yang lain, informasi yang berisi berbagai macam hal yang penting maupun tidak. Suatu penilaian tentang informasi tersebut tentunya akan berbeda beda antara satu orang ke orang yang lainya tergantung kebutuhan dan latar belakang dia melakukan interaksi tersebut.
Dala peyebaran informasi, peranan suatu kelompok social sangatlah berpengaruh. Kelompok bisa menjadi suatu media penyebar, pemanipulasi, dan bahkan pengendali informasi, hal ini tentu saja bia terjadi mengingat dimana suatu kelompok biasanya memiliki presepsi yang sama. Oleh karena itu seorang individualis biasanya menghindari masalah dengan kelompok social selama dia berfikir diluar jalan yang biasa.
Secara garis besar , kita sebagai manusia memang dituntut untuk bersosial antara satu sama lain entah itu membuat suatu interaksi antara individu, individu dengan kelompok, ataupun antar kelompok. Tapi terlepas dari semua itu para individualis memiliki peranya masing masing dalam membentuk suatu arus informasi yang ada, tetapi kita tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa suatu kelompok social itu lebih kuat daripada individu.