Pada dasarnya segala sesuatu itu
mungkin untuk terjadi, tetapi yang membuat berbeda adalah presepsi kita kepada
hal tersebut. “presepsi” seseorang bisa disebut juga batasan berfikir orang
tersebut, dalam kata lain ia akan berpendapat , mencerna pikiranya , lalu
menyimulkan hal tersebut hanya sebatas itu, sebatas presepsi dia berhenti. Hal
ini juga didukung dengan pola pikir kita yang seakan-akan membatasi sifat alami
kita yang berfikir seluas-luasnya. Hal ini tentunya menjadi suatu pertanyaan
buat kita tentang bagaimana seharusnya berfikir? Berprasangka? Atau memutuskan
?
Bagaimana caranya adalah suatu hal
yang relative (menurut saya) mengingat gaya befikir manusia yang berbada-beda.
Buakanlah suatu keharusan bagi kita untuk memilih jalan yang telah “sukses”
dilalui oleh pendahulu kita karena nasib kita belum tentu sama. Mungkin
tujuanya baik, maksud saya jika kita tidak mencoba kita tidak akan tau dan
bahkan kalo gagal pun anggap saja sebagai suatu keberhasilan yang tertunda.
Pembahasan tentang suatu pola piker tidak akan berhenti
semata-mata saat menemui tanda titik. Menurut saya suatu pikiran sifatnya
progresif dan berkembang, entah arahnya mau kemana. Tetapi suatu opini yang
kita buat tentunya juga merupakan hasil pemrosesan yang otak kita buat, dalam ruang
lingkup pengetahuan yang dibatasi oleh bahasa yang kita kuasai. Mengapa begitu
? ada pribahasa “bahasamu adalah batas duniamu” suatu pribahasa yang singkat
tetapi bermakna banyak. Di dalam dunia ini terdapat banyak ras yaa sebut saja
dibagi menjadi 3 ras besar yaitu mongoloid, kaukasoid, dan negroid. Dari 3 ras
tersebut tentunya dibagi menjadi sub-sub ras lagi, dibatasi dengan batas
geografis dan budaya sehingga membentuk suatu bahasa yang beraneka ragam.
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi degan kata lain untuk menyampaikan informasi. Ya walaupun
sekarang segala sesuatu sudah menjadi global dan semua sudah di terjemahkan
dalam bahasa Indonesia, tetapi tetap saja suatu bahasa yang kita kuasai
mempengaruhi pola berfikir kita tentunya diluar ego yang kita miliki.
Kemungkinan adalah hal yang nisbi,
presepsi adalah suatu hal yang membatasi, tetapi apa yang membuat kita terus
berjuang ditengah semua keteratasan ini ? yaa bisa dibilang mungkin ambisi,
optimism, inspirasi dan hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya kita hidup
bukan untuk mencari arti didalamnya, tetapi untuk memaknainya dengan apa yang
telah kita lalui dan apa yang akan kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar